Banyak orang mencari pelarian pada makanan manis saat merasa tertekan atau cemas. Sensasi manis dan lezat memang seringkali memberikan rasa nyaman sesaat, sehingga muncul anggapan bahwa konsumsi makanan manis dapat menurunkan stres. Namun, apakah klaim ini benar adanya, ataukah hanya sekadar pelipur lara yang bersifat sementara? Mari kita telaah lebih lanjut.
Sebuah survei yang dilakukan oleh tim psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada hari Selasa, 6 Mei 2025, terhadap 150 responden yang mengalami tingkat stres sedang hingga tinggi, menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka melaporkan adanya keinginan untuk mengonsumsi makanan manis saat merasa tertekan. Dr. Rina Lestari, ketua tim peneliti, menjelaskan, “Konsumsi gula dapat memicu pelepasan hormon serotonin di otak, yang memiliki efek menenangkan dan dapat memberikan perasaan bahagia sesaat. Inilah mengapa banyak orang mencari makanan manis untuk menurunkan stres.”
Namun, penting untuk dipahami bahwa efek menurunkan stres dari makanan manis ini bersifat sangat singkat dan justru dapat menimbulkan dampak negatif jangka panjang. Lonjakan kadar gula darah setelah mengonsumsi makanan manis dapat diikuti oleh penurunan drastis, yang justru dapat memicu perasaan lelah, mudah marah, dan bahkan meningkatkan tingkat stres dalam jangka panjang. Selain itu, konsumsi berlebihan makanan manis juga berkontribusi pada risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan berbagai masalah kesehatan lainnya yang justru dapat memperburuk tingkat stres secara keseluruhan.
Lebih lanjut, ketergantungan pada makanan manis sebagai cara untuk menurunkan stres dapat membentuk pola perilaku yang tidak sehat. Alih-alih mengatasi akar permasalahan stres, individu justru mencari solusi instan yang bersifat adiktif. Hal ini dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mengembangkan mekanisme koping yang lebih sehat dan efektif dalam menghadapi tekanan hidup.
Oleh karena itu, meskipun sensasi manis dapat memberikan kenyamanan sesaat dan membantu menurunkan stres dalam jangka pendek melalui pelepasan serotonin, penting untuk menyadari bahwa ini bukanlah solusi jangka panjang yang sehat. Sebagai alternatif, ada berbagai cara yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk mengelola stres, seperti berolahraga secara teratur, melakukan teknik relaksasi (meditasi atau pernapasan dalam), tidur yang cukup, menjaga pola makan sehat dan seimbang, serta mencari dukungan sosial dari keluarga atau teman. Jika tingkat stres Anda terasa berlebihan dan sulit dikelola, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau terapis. Mengandalkan makanan manis sebagai satu-satunya cara untuk mengatasi stres bukanlah solusi yang bijak untuk kesehatan fisik dan mental Anda.