Agar-agar, yang secara alami berasal dari rumput laut, sering dianggap sebagai makanan penutup yang sehat dan berserat tinggi. Namun, banyak produk agar-agar instan atau kemasan yang dijual bebas kini telah mengalami penambahan bahan-bahan kimia. Konsumen perlu waspada terhadap Food Additive yang digunakan untuk meningkatkan rasa, tekstur, dan penampilan, karena beberapa di antaranya dapat menimbulkan dampak kesehatan negatif, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan atau rutin.
Zat tambahan yang paling umum ditemukan pada agar-agar komersial adalah pemanis buatan. Pemanis ini, seperti aspartam, sukralosa, atau sakarin, digunakan untuk memberikan rasa manis tanpa menambah kalori. Meskipun disetujui penggunaannya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pemanis buatan dalam jumlah besar dapat mengganggu keseimbangan mikrobioma usus dan berpotensi memicu masalah metabolisme.
Pewarna buatan juga merupakan Food Additive utama dalam produk agar-agar yang berwarna cerah. Pewarna ini bertujuan membuat produk terlihat lebih menarik. Sayangnya, beberapa pewarna sintetis, terutama yang berbasis tar batu bara, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko hiperaktivitas pada anak-anak. Mengidentifikasi dan membatasi asupan pewarna ini menjadi tantangan bagi orang tua.
Penambah rasa atau perisa buatan digunakan untuk meniru rasa buah alami yang intens. Food Additive ini seringkali tidak memiliki nilai gizi sama sekali. Beberapa perisa mengandung mono-natrium glutamat (MSG) atau turunannya, yang bagi individu yang sensitif dapat memicu reaksi seperti sakit kepala atau mual. Penting bagi konsumen untuk selalu membaca label dan mencari kata kunci yang tidak familiar.
Selain pemanis dan pewarna, beberapa agar-agar instan mungkin mengandung pengawet untuk memperpanjang umur simpannya. Pengawet berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Walaupun pengawet memastikan produk aman dari kontaminasi bakteri, konsumsi pengawet kimia secara rutin dalam jangka waktu lama harus diwaspadai, terutama oleh individu dengan alergi atau sensitivitas makanan.
Food Additive juga digunakan untuk memodifikasi tekstur agar-agar. Misalnya, penambahan karagenan (meskipun berasal dari rumput laut) dalam jumlah berlebihan pada beberapa studi laboratorium menunjukkan adanya potensi masalah inflamasi pada sistem pencernaan. Memilih produk dengan daftar bahan yang paling sederhana dan alami adalah Tips Cerdas untuk kesehatan.
Langkah terbaik untuk menilik bahaya ini adalah beralih ke agar-agar murni (bubuk tanpa rasa dan warna) dan menambahkan pemanis serta pewarna alami sendiri, seperti madu, gula kelapa, atau ekstrak buah bit/pandan. Kontrol penuh atas bahan-bahan yang masuk ke dalam makanan adalah cara paling efektif untuk melindungi keluarga dari Food Additive yang tidak perlu.
Kesimpulannya, meskipun agar-agar murni sehat, produk komersial yang tersedia di pasaran seringkali mengandung zat tambahan yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan jika dikonsumsi tanpa kontrol. Kesadaran dan ketelitian membaca label adalah kunci untuk menikmati agar-agar sebagai makanan penutup yang aman dan benar-benar menyehatkan.
