Kesehatan penyakit otak merupakan aspek krusial dalam menjalani kehidupan yang berkualitas. Salah satu penyakit otak yang dapat menimbulkan dampak signifikan adalah epilepsi. Kondisi neurologis kronis ini ditandai dengan kejang berulang yang disebabkan oleh aktivitas listrik abnormal di otak. Meskipun tidak selalu mengancam jiwa secara langsung, kejang yang tidak terkontrol dapat menyebabkan cedera, gangguan perkembangan, dan stigma sosial. Oleh karena itu, pemahaman tentang penyebab, faktor risiko, dan pentingnya pencegahan epilepsi sebagai penyakit otak yang perlu diwaspadai sejak dini sangatlah penting.
Epilepsi bukanlah penyakit tunggal, melainkan sekelompok kondisi neurologis yang ditandai oleh kejang berulang. Kejang terjadi ketika ada lonjakan aktivitas listrik yang tidak normal di otak, yang dapat memengaruhi kesadaran, gerakan, sensasi, atau perilaku seseorang. Penyebab epilepsi sangat beragam, termasuk faktor genetik, cedera kepala traumatis, stroke, tumor otak, infeksi otak (seperti meningitis atau ensefalitis), dan kelainan perkembangan otak. Pada banyak kasus, penyebab epilepsi tidak dapat diidentifikasi (idiopatik).
Gejala epilepsi yang paling dikenal adalah kejang. Namun, jenis kejang dan gejalanya dapat sangat bervariasi tergantung pada bagian otak yang terpengaruh. Beberapa jenis kejang meliputi kejang umum (melibatkan seluruh otak) yang dapat menyebabkan kehilangan kesadaran dan gerakan menyentak di seluruh tubuh, serta kejang fokal (hanya melibatkan sebagian otak) yang gejalanya bisa lebih ringan, seperti gerakan menyentak pada satu anggota tubuh, perubahan sensasi, atau gangguan kesadaran sesaat.
Mengapa epilepsi sebagai penyakit otak perlu dicegah sejak dini? Meskipun beberapa penyebab epilepsi tidak dapat dicegah (seperti faktor genetik), ada beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya epilepsi sekunder. Pencegahan primer berfokus pada menghindari cedera kepala melalui penggunaan alat pelindung saat berolahraga atau berkendara, mendapatkan perawatan medis yang tepat untuk mencegah komplikasi stroke atau infeksi otak, dan menghindari paparan zat beracun yang dapat merusak otak.
Pencegahan sekunder bertujuan untuk mencegah kejang berulang pada individu yang sudah didiagnosis epilepsi. Ini melibatkan kepatuhan terhadap pengobatan antiepilepsi yang diresepkan oleh dokter, menghindari pemicu kejang yang diketahui (seperti kurang tidur, stres, atau alkohol), dan mengelola kondisi kesehatan lain yang dapat memengaruhi epilepsi.
Meskipun epilepsi sebagai penyakit otak kronis memerlukan manajemen jangka panjang, deteksi dini, pencegahan faktor risiko yang dapat dimodifikasi, dan kepatuhan terhadap pengobatan dapat membantu mengendalikan kejang dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya.