Sekolah dengan insiden perundungan (bullying) yang tinggi menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi siswa, sebuah masalah serius yang membutuhkan perhatian. Ketidakmampuan sekolah untuk melindungi siswa dari insiden perundungan ini dapat berdampak parah pada psikologis dan motivasi belajar mereka. Kondisi ini merusak esensi pendidikan, mengubah tempat seharusnya siswa tumbuh menjadi arena ketakutan dan penderitaan yang berkelanjutan.
Insiden perundungan, baik verbal, fisik, sosial, maupun siber, meninggalkan luka mendalam pada korbannya. Mereka sering mengalami kecemasan, depresi, penurunan rasa percaya diri, bahkan hingga pikiran untuk bunuh diri. Tekanan psikologis ini membuat siswa sulit fokus di kelas, mengganggu kemampuan kognitif mereka dan pada akhirnya menurunkan prestasi akademik yang mereka raih di sekolah.
Motivasi belajar siswa juga anjlok drastis akibat. Mereka mungkin enggan pergi ke sekolah, sering membolos, atau menarik diri dari aktivitas sosial. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan untuk belajar justru berubah menjadi sumber ketakutan dan stres. Ini menghambat perkembangan sosial-emosional siswa yang esensial, selain aspek akademis mereka.
Lingkungan sekolah yang permisif terhadap mengirimkan pesan berbahaya. Ini menunjukkan bahwa perilaku agresif diterima atau tidak ditindak tegas, membuat pelaku merasa tidak terhentikan. Sikap acuh tak acuh dari pihak sekolah atau guru dapat memperparah situasi, membuat korban merasa sendirian dan tidak terlindungi, memperburuk situasi yang ada.
Dampak dari insiden perundungan tidak hanya menimpa korban, tetapi juga pelaku dan saksi. Pelaku mungkin mengembangkan perilaku anti-sosial yang lebih parah, sementara saksi bisa merasa cemas dan tidak berdaya. Seluruh komunitas sekolah terpengaruh oleh atmosfer negatif yang tercipta akibat perilaku perundungan ini, sehingga berdampak pada keseluruhan ekosistem.
Untuk mengatasi insiden perundungan yang tinggi, sekolah harus menerapkan kebijakan anti-perundungan yang tegas dan konsisten. Program edukasi tentang empati, toleransi, dan resolusi konflik perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum. Guru dan staf harus dilatih untuk mengidentifikasi tanda-tanda perundungan dan mengambil tindakan cepat serta tepat, sehingga tercipta lingkungan yang aman.
Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat juga sangat penting. Orang tua harus didorong untuk berkomunikasi terbuka dengan anak-anak mereka dan sekolah jika ada insiden perundungan. Dengan menciptakan lingkungan yang aman, suportif, dan inklusif, kita bisa memastikan setiap siswa merasa nyaman untuk belajar dan berkembang secara optimal, terbebas dari ancaman bullying.
