Virus Oropouche: Kenali Gejala Demam Akut yang Disinyalir Mirip Flu dan Dengue

Virus Oropouche (OROV) adalah Bunyavirus yang dikenal menyebabkan demam akut, terutama di wilayah Amerika Tengah dan Selatan. Meskipun belum menyebar luas secara global, penting untuk mengenali gejalanya yang seringkali disalahartikan sebagai penyakit umum seperti flu atau Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit yang ditularkan melalui vektor ini dapat menimbulkan wabah besar di daerah endemik. Memahami cara penularan dan manifestasi klinisnya menjadi langkah pencegahan awal yang krusial bagi masyarakat dan petugas kesehatan. Kewaspadaan dini sangat diperlukan.

Penularan Virus Oropouche utamanya terjadi melalui gigitan Culicoides paraensis, yaitu sejenis nyamuk kecil atau agas yang berfungsi sebagai vektor utama. Selain itu, nyamuk Culex juga diyakini dapat berperan dalam siklus penularan antar manusia dan hewan, terutama primata, sloth, atau ternak. Setelah terinfeksi, masa inkubasi virus berkisar antara 4 hingga 8 hari. Memutus rantai penularan ini adalah kunci. Langkah pencegahan yang efektif meliputi pengendalian populasi nyamuk dan agas di area permukiman, terutama pada musim penghujan.

Gejala awal yang ditimbulkan oleh infeksi Virus Oropouche sangat mirip dengan gejala flu dan demam dengue, sehingga sering kali terjadi kesalahan diagnosis. Pasien umumnya akan mengalami demam tinggi mendadak (dapat mencapai $40^{\circ}$C), sakit kepala hebat di belakang mata, nyeri sendi dan otot (mialgia), serta fotofobia (sensitif terhadap cahaya). Periode demam akut ini biasanya berlangsung sekitar 2 hingga 7 hari. Pencatatan kasus fiktif di unit layanan kesehatan mencatat peningkatan kunjungan pasien dengan gejala tersebut pada hari Rabu, 17 April 2026.

Meskipun sebagian besar kasus demam yang disebabkan oleh Virus Oropouche bersifat ringan dan sembuh sendiri (self-limiting), komplikasi serius dapat terjadi pada sekitar 5% kasus. Komplikasi yang paling dikhawatirkan adalah meningitis atau ensefalitis, yang melibatkan peradangan pada otak dan selaputnya. Kondisi neurologis ini dapat terjadi setelah periode demam awal mereda, biasanya sekitar 1-2 minggu pasca infeksi. Pengawasan intensif oleh petugas medis dan konfirmasi melalui tes laboratorium (RT-PCR) sangat diperlukan.

Untuk menguatkan sistem pengawasan, Kementerian Kesehatan melalui Puskesmas fiktif “Karya Sehat” telah menetapkan tanggal 25 Mei 2026 sebagai dimulainya program edukasi publik. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai perbedaan gejala Oropouche, Dengue, dan Zika. Sosialisasi ini penting agar pasien yang mengalami demam tinggi dapat segera melaporkan gejala mereka dan menghindari pengobatan mandiri. Penanganan yang tepat waktu dan berbasis diagnosis akurat dapat mencegah penyebaran lebih lanjut dan mengurangi risiko komplikasi serius.

Langkah pencegahan terbaik bagi masyarakat yang tinggal di wilayah berisiko adalah praktik kebersihan lingkungan yang ketat. Selain itu, menggunakan pakaian pelindung dan lotion antinyamuk, terutama pada jam-jam aktif agas dan nyamuk, dapat mengurangi risiko gigitan. Karena belum ada vaksin spesifik, kesadaran dan tindakan kolektif terhadap sanitasi adalah benteng pertahanan utama. Informasi ini disebarkan oleh Juru Bicara Kesehatan Masyarakat, dr. Ahmad Fauzi, pada sesi konferensi pers pukul 14.00 WIB.

Virus Oropouche: Kenali Gejala Demam Akut yang Disinyalir Mirip Flu dan Dengue